ANATOMI FISIOLOGI TELINGA
PENDAHULUAN
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera
pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di
antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan
otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat,
ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat
dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh
sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala
(CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing).
Anatomi Telinga Luar
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis
auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur
seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga).
Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata.
Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh
kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga.
Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius
eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat
dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus
ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus
panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka
kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial
tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius
eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung
kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti
lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong
sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya
mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di
sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah
terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis
aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar
1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan
translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah
bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii
ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian
mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus
stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan
ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela
oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah
dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di
mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke
getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan
dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur
berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah
mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami
kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,
menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup,
namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan
manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai
drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah
dengan tekanan atmosfer.
Anatomi Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk
pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu
juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea
vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan
kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga
kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut
90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan
keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan
kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm
dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk
pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak
sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang
dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan
serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin
membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis,
duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan
yang dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat
antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan
telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan
angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis
dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terja¬di
aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus
kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear
merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas
elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di
dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang
muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul
dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus
koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di
dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus
kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan
asupan darah ke batang otak
Keseimbangan dan Pusing
Kelainan sisten keseimbangan dan vestibuler mengenai lebih dari 30juta
orang Amerika yang berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan lebih dari
100.000 patah tulang panggul pada populasi lansia setiap tahun.
Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan sendi tubuh
(sistem proprioseptif), mata (sistem visual), dan labirin (sistem
vestibuler). Ketiganya membawa informasi me¬ngenai keseimbangan, ke otak
(sistem serebelar) untuk koordinasi dan persepsi korteks serebelar.
Otak, tentu saja, mendapatkan asupan darah dari jantung dan sistem
arteri. Satu gangguan pada salah satu dari daerah ini seperti
arteriosklerosis atau gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan.
Aparatus vestibularis telinga tengah memberi unipan balik menge¬nai
gerakan dan posisi kepala, mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan
posisi mata selama gerakan cepat gerakan kepala.
pusing
sering digunakan pada pasien dan pemberi perawatan kesehatan untuk
menggambarkan stiap gangguan sensasi orientasi ruang, namun tidak
spesifik dan tidak bisa menggambarkan dengan jelas. Karena gangguan
keseimbangan adalah sesuatu yang hanya bisa dirasakan oleh pasien,
penting untuk menentukan apa gejala yang sebenrnya dirasakan oleh
pasien.
Vertigo
didefinisikan sebagaihalusinasi atau ilusi gerakan gerakan seseorang
lingkungan seseorang yang dirasakan. Kebanyakan orang yang menderita
vertigo menggambarkan rasa berputar putar atau merasa seolah-olah benda
berputar mengitari. Vertigo adalah gejala klasik yang dialami ketika te
disfungsi yang cukup cepat dan asimetris sistem vestibuler perifer
(telinga dalam).
Ataksia
adalah kegagalan koordinasi muskuler dan dapat terjadi pada pasien
dengan penyakit vestibuler. Sinkope, pingsan, dan kehilangan kesadaran
bukan merupakan bentuk vertigo, juga merupakan karakteristik masalah
telinga biasanyaji menunjukkan adanya penyakit sistem kardiovaskuler.
Prinsip Fisiologi yang Mendasari Konduksi Bunyi
Bunyi memasuki telinga melalui kanalis auditorius ekternus dan
menyebabkan membrana timpani bergetar Getaran menghantarkan suara, dalam
bentukm energi mekanis, melalui gerakan pengungkit osikulus oval.
Energi mekanis ini kemudian dihantarkan cairan telinga dalam ke koklea,
di mana akani menjadi energi elektris. Energi elektris ini berjalan
melalui nervus vestibulokoklearis ke nervus sentral, di mana akan
dianalisis dan diterjemahkan dalam bentuk akhir sebagai suara.
Selama proses penghantaran,gelombang suara menghadapi masa yang jauh
lebih kecil, dari aurikulus yang berukuran sampai jendela oval yang
sangat kecil, yang meng batkan peningkatan amplitudo bunyi.
Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat
Memegang peran yang penting. Jendela oval dibatasi olehj anulare
fieksibel dari stapes dan membran yang sangat lentur, memungkinkan
gerakan penting,dan berlawanan selama stimulasi bunyi, getaran stapes
menerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi
berlawanan duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran
timpani yang utuh, jadi memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh
stimulasi gelombang suara. pada membran timpani utuh yang normal, suara
merangsang jendela oval dulu, dan terjadi jedai sebelum efek terminal
stimulasi mencapai jendela bulat. namun waktu jeda akan berubah bila ada
perforasi pada membran timpani yang cukup besar yang memungkinkan
gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini
mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan maksimal motilitas
cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel rambut pada organ
Corti. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan pendengaran.
Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga
tengah yang akan dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang
terletak dalam labirin di telinga dalam. Osikel yang penting, stapes,
yang menggo dan memulai getaran (gelombang) dalam cairan yang berada
dalam telinga dalam. Gelombang cairan ini, pada gilirannya,
mengakibatkan terjadinya gerakan mem¬brana basilaris yang akan
merangsang sel-sel rambut or¬gan Corti, dalam koklea, bergerak seperti
gelombang
. Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang
berbagai daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang telah
dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius dalam otak, dan
kernudian didekode menjadi pesan bunyi.
Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan
melalui telinga luar dan tengah yang terisi udara berjalan melalui
konduksi udara. Suara yang dihantararkan melalui tulang secara langsung
ke telinga dalam dengan cara konduksi tulang. Normalnya, konduksi udara
merupakan jalur yang lebih efisien; namun adanya defek pada membrana
timpani atau terputusnya rantai osikulus akan memutuskan konduksi udara
normal dan mengaki¬batkan hilangnya rasio tekanan-suara dan kehilangan
pendengaran konduktif.
Kehilangan Pendengaran
Ada dua jenis kehilangan pendengaran.
Kehilangan konduktif
biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen,
atau kelainan telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis.
Pada keadaan seperti itu, hantaran suara efisien suara melalui udara ke
telinga dalam terputus.
kehilangan sensoris
melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain
kehilangan konduktsi dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan
pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran fungsional.
Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik
konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun
konduksi tulang. Kehilangan suara fung¬sional (atau psikogenik) bersifat
inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme
pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan
emosional.
Lebih dari 20 juta orang di Amerika Serikat menderita berbagai
tingkat kehilangan pendengaran. Kebanyakan di antaranya dapat ditolong
dengan terapi medis atau bedah atau dengan alat bantu dengar dan memandu
pasien ke pusat pelayanan.
Pendekatan Psikososial
Gangguan pendengaran dapat menyebabkan perubahan kepribadian dan sikap,
kemampuan berkomunikasi, kepekaan terhadap lingkungan dan bahkan
kemampuan untuk melindungi diri sendiri. Di dalam ruang kelas, pelajar
dengan gangguan pendengaran dapat menunjukkan tingkat ketidaktertarikan,
kurang perhatian dan kegagalan. Orang akan merasa terasing di rumah
karena ketidak mampuannya mendengar bunyi lonceng, dengungan, suara
burung berkicau, atau kendaraan yang melintas.
Pejalan kaki yang menderita gangguan pendengaran dapat menyeberang jalan
pada saat yang tidak tepat karena tak mampu mendengar mobil yang
mendekat. Individu yang menderita kehilangan pendengaran dapat
melewatkan sebagian percakapan dan merasa yakin bahwa orang lain
membicarakan dirinya. Banyak individu bahkan tidak menyadari bahwa
pendengarannya secara bertahap mulai terganggu. Sering kali bukan mereka
yang menderita gangguan tetapi orang yang berkomunikasi dengan mere¬ka
yang pertama kali mengenali adanya gangguan ter-sebut.
Tidak jarang individu dengan gangguan pendengaran menolak mencari
pertolongan medis. Oleh karena rasa takut bahwa kehilangan
pendengarannya merupakan tanda usia lanjut, banyak orang menolak
mengenakan alat bantu dengar. Sedangkan orang lain merasa kurang percaya
diri bila mengenakan alat bantu. Pasien yang mampu melakukan
introspeksi diri biasanya akan menanyakan kepada orang yang diajaknya
berkomunikasi untuk memberi tahu. ketika melakukan penyuluhan pasien
yang memerlukan bantuan pendengaran. Perawat harus ingat bahwa keputusan
mengenakan alat bantu dengar adalah sangat pribadi dan sangat
dipengaruhi oleh sikap dan perilaku orang tersebut.
Pendekatan Gerontologik
Bersama proses penuaan, dapat terjadi perubahan telinga yang kemudian
dapat mengarah ke defisit pende¬ngaran. Beberapa perubahan terjadi pada
telinga kecuali bila serumen cenderung menjadi lebih keras danj lebih
kering sehingga terjadi peningkatan kemungkinan imfeksi.
Pada telinga tengah, membrana timpani menjadi atrofi atau menjadi
sklerotik. Telinga tengah dapat mengalarni degenerasi sel pada dasar
koklea. Tampaknya ada predisposisi familier pada terjadinya kehilangan
pendengaran sensorineural. Manifestasinya berupa kehilangan kemampuan
suara berfrekuensi tinggi, kemudian oleh kehilangan frekuensi menengah
dan rendah. Istilah presbikusis dipakai untuk menerangkanl kehilangan
pendengaran yang progresif. Namu presbikusis merupakan diagnosis
eksklusi, sehingga kehilangan pendengaran sensorineural harus dah
disingkirkan.
Tanda awal kehilangan pendengaran bisa meliputi tinitus, peningkatan
ketidakmampuan mendengar pertemuan kelompok, dan perlu mengeraskan
volume televisi.
Literatur (Paparella et a!., menyatakan bahwa 25% orang berusia antara 65
- tahun dan 50% orang berusia di atas 75 tahun mengalami kesulitan
pendengaran. Penyebabnya tidak diketahui hubungannya dengan diet,
metabolisme, arteriosklen stres, dan keturunan tidak konsisten.
Faktor lain yang mempengaruhi pendengaran populasi manula, seperti
pemajanan sepanjang terhadap suara keras (mis. jet, senjata api, mesin
gergaji mesin),
Beberapa obat, seperti aminoglik dan bahkan aspirin, mempunyai efek
ototoksik gangguan ginjal dapat menyebabkan perlambatan ek obat pada
manula. Banyak manula menelan quinin untuk mengatasi kram tungkai,
yang dapat mengakib hilangnya pendengaran.
Faktor psikogenik dan pn penyakit lainnya (mis. diabetes) juga sebagian menimbulkan kehilangan pendengaran sensorineural.
Gejala Kehilangan Pendengaran
Deterlorisasi wicara
Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tldak jelas atau
dihllangkan, atau mengeluarkan kata-kata bernada datar, mungkin karena
tidak mendengar dengan baik, Telinga memandu suara, baik kekerasan
maupun ucapannya.
Keletihan
Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau
pidato, keletihan bisa disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan.
Pada keadaan ini, Iridividu tersebut menjadl mudah tersinggung.
Acuh
individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami
depresi dan ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik
dlri dari sosial Karena tak mampu rnendengar apa yang terjadi di
sekitarnya menyebabkan individu dengan gangguan pendengaran menarlk diri
dari situasi yang dapat memalukannya.
Rasa tak aman
Kehilangan rasa percaya diri dan takut berbuat salah menclptakan suatu
perasaan tak aman pada kebanyakan orang dengan gangguan pendengar¬an.
Tak ada seorang pun yang menginglnkan untuk mengatakan atau melakukan
hal yang salah yang cenderung membuatnya nampak bodoh.
Tak mampu membuat keputusan-prokrastinal
Kehilangan kepercayaan diri membuat seseorang dengan gangguan pendengaran sangat kesulitan untuk membuat keputusan.
Kecurigaan
Individu dengan kerusakan pendengaran, yang sering hanya mendengar
sebagian dari yang dikatakan, bisa merasa curiga bahwa orang lain
membicarakan dirinya atau bagian percakapan yang berhubungan dengannya
sengaja diucapkan dengan lirih sehingga la tak dapat mandengarkan
Kabanggaan semu
Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan
pendengarannya. Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar
padahal sebenarnya tidak.
Kesepian dan ketldak bahaglaan Meskipun setiap orang selalu
menginginkan ketenangan, namun kesunyian yang dipaksakan dapat
membosankan bahkan kadang menakutkan. Individu dengan kehilangan
pendengaran sering merasa (terasing)
Kecenderungan untuk mendominasi pembicaran
Banyak Individu dengan kerusakan pendengaran cenderung mendominasi
percakapan, mengetahui bahwa selama pembicaraan terpusat padanya
sehingga ia dapat mengontrol maka la tidak akan melakuKan kesalahan yang
memalukan.
(Seizin Maico Hearing Instruments.)
Kebisingan dan Efeknya pada Pendengaran
Kebisingan suara yang tak diinginkan dan tak dapat dihindari) telah
diidentifikasi sebagai salah satu bahaya lingkungan pada abad ke-20.
Besarnya volume kebisingan yang mengelilingi kita setiap hari telah
meningkat dari kejengkelan sederhana sampai berpotensi sebagai sumber
bahaya kerusakan fisik dan psikologis.
Dalam istilah dampak fisik, suara keras dan menetap terbukti menyebabkan konstriksi pembuluh darah perifer,
peningkatan tekanan darah dan
kecepatan denyut jantung (akibat sekresi adrenalin),
dan peningkatan aktivitas gas¬trointestinal
Mekanisme yang paling sering adalah kehi¬langan pendengaran yang
diinduksi oleh kebisingan. Namun untungnya kelainan yang dapat dicegah.
Istilah kehilangan pendengaran yang diinduksi oleh kebi¬singan digunakan
untuk menjelaskan kehilangan pende¬ngaran yang terjadi setelah
pemajanan jangka lama terha¬dap kebisingan keras {mis. mesin-mesin
berat, motor dan persenjataan), sementara trauma akustik merujuk pada
kehilangan pendengaran akibat pemajanan tunggal terha¬dap kebisingan
yang sangat intens, seperti ledakan. Biasanya kehilangan suara yang
diinduksi kebisingan terjadi pada frekwensi tinggi (sekitar 4000 Hz),
meskipun dengan pemajanan kebisingan terus-menerus kehilangan
pendengaran dapat menjadi lebih berat dan meliputi pula frekwensi di
sekitarnya
Pengkajian Kemampuan Mendengar
Pemeriksaan Telinga .
Telinga luar diperiksa dengan
inspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana timpani diinspeksi,
seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan
menggunakan otoskop pneumatic
Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi
sering terlewat. Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya
deformitas, lesi,
cairan begitu pula ukuran,
simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini
terasa nyeri, harus dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan
pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan mastoiditis akut
atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista sebaseus dan
tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik
pada atau di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan adanya dermatitis
sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah.
Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit dijauhkan dari pemeriksa.
Otoskop dipegang dengan satu tangan semen¬tara aurikulus dipegang
dengan tangan lainnya dengan mantap dan ditarik ke atas, ke belakang dan
sedikit ke luar Cara ini akan membuat lurus kanal pada orang dewasa,
sehingga memungkinkan pemeriksa melihat lebih jelas membrana timpani.
Spekulum dimasukkan dengan lembut dan perlahan ke kanalis telinga, dan
mata didekatkan ke lensa pembesar otoskop untuk melihat kanalis dan
membrana timpani. Spekulum terbesar yang dapat dimasukkan ke telinga
(biasanya 5 mm pada orang dewasa) dipandu dengan lembut ke bawah ke
kanal dan agak ke depan. Karena bagian distal kanalis adalah tulang dan
ditutupi selapis epitel yang sensitif, maka tekanan harus benar-benar
ringan agar tidak menimbulkan nyeri.
GAMBAR 57-2. Teknik untuk menggunakan otoskop.
Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus dicatat.
Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuan
pada dasar kanalis. Penanda harus dttihat mungkin pars tensa dan kerucut cahaya.umbo, manubrium mallei, dan prosesus brevis.
Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh
pada Hpatan malleus dan daerah perifer. dan warna membran begitu juga
tanda yang tak biasa at! deviasi kerucut cahaya dicatat. Adanya cairan,
gele bung udara, atau masa di telinga tengah harus dicatat.
Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang
baik hanya dapat dilakukan bi kanalis tidak terisi serumen yang besar.
Serumen not nya terdapat di kanalis eksternus, dan bila jumla sedikit
tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop.
Bila serumen sangat lengket maka sedikit minyak mineral atau pelunak
serumen dapat diteteskan dalam kanalis telinga dan pasien diinstruksikan
kembali lagi.
Ketajaman Auditorius.
Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji kemampuan pasien mendengarkan
bisikan kata atau detakan jam tangan.
Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah
melakukan ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian.
Agar telinga yang satunya tak mendengar,
pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan.
Dari jarak 1 sampai 2 kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar
batas penglihatan, pasien dengan ketajaman normal dapat menirukan dengan
tepat apa yang dibisikkan. Bila yang digunakan detak jam tangan,
pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari telinganya sendiri
(dengan asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran normal) dan kemudian
memegang jam tangan pada jarak yang sama dari aurikulus pasien. Karena
jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi daripada
suara bisikan, maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai
sebagai satu-satunya cara mengkaji ketajaman auditorius.
Penggunaan uji Weber dan Rinne
memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehi-langan sensorineural
Uji Weber
memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara.
Sebuah garpu tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut
atau pergelangan tangan pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau
gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah kepala, di
telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan
mende¬ngar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa
suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilang¬an pendengaran
konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar
pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat
ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila
terjadi kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke
telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus
kehilangan pende¬ngaran unilateral.
Uji Rinne
gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada
tulang mastoid (kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar
suara. Kemudian garpu tala dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus
kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra). Pada keadaan normal
pasien dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara
berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan
pendengaran konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara
begitu konduksi tulang melalui tulang temporal telah menghilang, pasien
sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif
yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural memungkinkan
suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun
keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima
seperti sangat jauh dan lemah.
Prosedur Diagnostik Auditorius dan Vestibuler
Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiome¬ter adalah satu-satunya instrumen diagnostik yang paling penting.
Uji audiometri ada dua macam:
(1) audiometri nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada
murni atau musik (semakin keras nada sebelum pasien bisa mendengar
berarti semakin besar kehilangan pende¬ngarannya), dan
(2) audiometri wicara
di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar dan membedakan suara.
Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan sinyal
mengenai nada yang didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada
meatus kanalis auditorius eksiernus, kita mengukur konduksi udara. Bila
stimulus diberikan pada tulang mastoid, melintas mekanisme konduksi
(osikulus), langsung menguji konduksi saraf. Agar hasilnya akurat,
evaluasi audiometri dilakukan di ruangan yang kedap suara. Respons yang
dihasil-kan diplot pada grafik yang dinamakan audiogram.
Frekwensi
merujuk pada jumlah gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber bunyi
per detik siklus perdetik atau hertz (Hz). Telinga manusia normal mampu
mendengar suara dengan kisaran frekwensi dari
20 sam¬pai 20.000Hz.
500 sampai 2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan
sehari-hari (yang dikenal sebagai kisaran wicara. Nada adalah istilah
untuk menggambarkan frekwensi; nada dengan
frekwensi 100 Hz dianggap sebagai nada rendah, dan nada
10.000 Hz dianggap sebagai nada tinggi. Unit untuk mengukur kerasnya
bunyi (intensitas suara) adalah desibel (dB), tekanan yang ditimbulkan
oleh rsuara. Kehilangan pendengaran diukur dalam decibel, yang merupakan
fungsi logaritma intensitas dan tidak bisa dengan mudah dikonversikan
ke persentase.
Ambang kritis kekerasan adalah sekitas 30 dB. Beberapa contoh
internsitas suara yang biasa termasuk gesekan kertas dalam lingkungan
yang sunyi, terjadi pada sekitar 15 dB; per kapan rendah, 40 dB; dan
kapal terbang jet sejauh kaki, tercatat sekitar 150 dB. Suara yang lebih
keras i 80 dB didengar telinga manusia sangat keras. Suara ya terdengar
tidak nyaman dapat merusak telinga dala Timpanogram atau audiometri
impedans, meng refleks otot telinga tengah terhadap stimulus suara,
kelenturan membrana timpani, dengan mengubah teh udara dalam kanalis
telinga yang tertutup (Gbr. Kelenturan akan berkurang pada penyakit
telinga tertutup)
Respons batang otak auditori (ABR, auditori brain sistem response)
adalah potensial elektris yang dapat terteksi dari narvus kranialis VIII
(narvus akustikus) alur auditori asendens batang otak sebagai respons
stimulasi suara. Merupakan metoda objektif untuk mengukur pendengaran
karena partisipasi aktif pasien sama sekali dak diperlukan seperti pada
audiogram perilaku. Elektroda ditempatkan pada dahi pasien dan stimuli
akustik, biasanya dalam bentuk detak, diperdengarkan ke telinga.
pengukuran elektrofisiologis yang dihasilkan dapat di tentukan tingkat
desibel berapa yang dapat didengarkan pasien dan apakah ada kelainan
sepanjang alur syaraf,
seperti tumor pada nervus kranialis VIII. Elektrokokleografi (ECoG)
adalah perekaman potensial elektrofisologis koklea dan nervus kranialis
VIII bagai respons stimuli akustik. Rasio yang dihasilkan digunakan
untuk membantu dalam mendiagnosa kelainan keseimbangan cairan telinga
dalam seperti penyakit Mniere dan fistula perilimfe.
Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan elektroda sedekat mungkin
dengan koklea, baik di kanalis auditorius eksternus tepat di dekat
membrana timpani atau melalui elektroda transtimpanik yang diletakkan
melalui mambrana timpani dekat mem-bran jendela bulat. Untuk persiapan
pengujian, pasien diminta unluk tidak memakai diuretika selama 48 jam
sebelum uji dilakukan sehingga keseimbangan cairan di dalam telinga
tidak berubah.
Elektronistagmografi (ENG) adalah pengukuran dan grafik yang mencatat
perubahan potensial elektris yang ditimbulkan oleh gerakan mata selama
nistagmus yang ditimbulkan secara spontan, posisional atau kaloris.
Digu¬nakan untuk mengkaji sistem okulomotor dan vestibular dan interaksi
yang terjadi antara keduanya. Misalnya, pada bagian kalori uji ini,
udara atau air panas dan dingin (uji kalori bitermal) dimasukkan ke
kanalis auditorius eksternus, dan kemudian gerakan mata diukur. Pasien
diposisikan sedemikian rupa sehingga kanalis semisirkularis lateralis
paralel dengan medan gravitasi dan duduk sementara elektroda dipasang
pada dahi dan dekat mata. Pasien diminta tidak meminum supresan
vestibuler seperti sedativa, penenang, antihistarnin, atau alkohol,
begitu pula stimulan vestibuler seperti kafein, selama 24 jam sebelum
pengujian.
ENG dapat membantu diagnosis kondisi seperti penyakit Meniere dan tumor kanalis auditorius internus atau fosa posterior.
Posturografi platform adalah uji untuk menyelidiki kemampuan mengontrol
postural. Diuji integrasi antara bagian visual, vestibuler dan
proprioseptif (integrasi sensoris) dengan keluaran respons motoris dan
koordinasi anggota bawah. Pasien berdiri pada panggung (platform),
dikelilingi layar, dan berbagai kondisi ditampilkan, seper¬ti panggung
bergerak dengan layar bergerak.
Ambang penerimaan wicara adalah tingkat intensitas suara di mana
pasien mampu tepat membedakan dengan benar stimuli wicara sederhana.
Pembedaan wicara menentukan kemampuan pasien untuk membedakan suara yang
berbeda, dalam bentuk kata, dalam tingkat desibel di mana suara masih
terdengar.
pasien terhadap enam kondisi yang berbeda diukur dan menunjukkan sistem
mana yang terganggu. Persiapan uji ini sama dengan pada ENG.
Percepatan harmon sinusoidal (SHA, sinusoidal har¬monic acceleration),
atau kursi berputar, mengkaji sisiem vestibulookuler dengan menganalisis
gerakan mata kopensatoris sebagai respons putaran searah atau berlawaan
arah dengan jarum jam. Meskipun uji SHA tak dapat mengidentifikasi sisi
dari lesi pada penyakit unilateral, namun sangat berguna untuk
mengidentifikasi adanya penyakit dan mengontrol proses penyembuhanya,
persiapan pasien sama dengan yang diperlukan pada EN
Berkomunikasi pada Kerusakan Pendengaran
Saran berikut dapat membuat komunikasi lebih bafik dengan penderita gangguan pendengaran yang wicaranya sulit dipahami.
1. Pusatkan seluruh perhatian pada apa yang sedang ia katakannya.
Perhatikan dan dengarkanjangan IM-coba melakukan pekerjaan lain
sementara menJe ngarkannya.
2. Libatkan pembicara dalam percakapan bila memungkinkan untuk
mengantisipasi jawaban. Hal ini mungkinkan anda menjadi terbiasa dengan
pola wicaranya yang khusus.
3. Cobalah mencari konteks intinya tentang apa yang sedang dikatakannya;
anda kemudian mungkin dapat mengisi detil dari konteks tersebut.
4. Jangan mencoba berpura-pura mengerti bila anda memang tidak mengerti.
5. Bila anda tak mampu memahami atau mengalami keraguan berat mengenai
kemampuan memahami apa yang dikatakannya, lebih baik memintanya
menulis-kan pesan yang ingin disampaikannya daripada meng-ambil risiko
salah pengertian. Meminta orang tersebut mengulang pesan dalam bentuk
wicara, setelah anda mengetahui isinya, juga dapat membantu anda
mem-biasakan diri dengan pola wicaranya.
Anjuran agar komunikasi lebih baik dengan penderita gangguan pendengaran yang dapat membaca gerak bibir adalah sebagai berikut:
1. Ketika berbicara, anda harus menatap orang tersebut selangsung mungkin.
2. Yakinkan bahwa wajah anda tampak sejelas mungkin; posisikan diri anda
sedemikian rupa sehingga wajah anda mendapat pencahayaan yang memadai
hindari terhalang oleh bayangan cahaya yang terlalu terang;jangan
menutupi penglihatan orang tersebut terhadap mulut anda dengan cara
apapun; hindari berbicara sambil mengunyah sesuatu dalam mulut anda.
3. Yakinkan bahwa pasien mengetahui topik atau subjek ekspresi verbal
anda sebelum meneruskan dengan apa yang anda rencanakan untuk diucapkan
ini memung-kinkan orang tersebut menggunakan petunjuk konteks-tual dalam
membaca gerak bibir.
4. Berbicara secara perlahan dan jelas, dengan jeda yang lebih sering dibanding bila anda berbicara normal.
5. Bila anda ragu apakah beberapa petunjuk atau instruk-si telah
dipahami, lakukan pengecekan untuk meya-kinkan bahwa pasien telah
memahami secara penuh pesan anda.
6. Bila mulut anda terpaksa ditutup dengan alasarTapapun (misalnya
memakai masker) dan anda wajib memberi arahan atau instruksi kepada
pasipn, maka tak ada jalan lain kecuali anda harus menulis pesan yang
ingin anda sampaikan.
Gangguan Telinga Luar
Otalgia
Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh
saraf yang kaya (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf
servikalis kedua dan ketiga), maka kulit di tempat ini menjadi sangat
sensitif.
Otalgia adalah gejala yang dapat timbul dari iritasi lokal karena
banyak kondisi dan dapat juga disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring
dan faring. Banyak keluhan nyeri telinga sebenarnya akibat nyeri di
dekat ser ndi temporomandibularis. Diperkirakan bahwa lebih c 50% pasien
yang mengeluh otalgia tidak ditemukan pnyakit telinganya.
Impaksi Serumen
Secara normal serumen dapat tertimbun dalam ka eksternus dan dalam
jumlah dan warna yang bervaria Meskipun biasanya tidak perlu
dikeluarkan, kadang kadang dapat mengalami infaeksi, menyebabkan rasa
penuh dalam telinga, dan/atau kehilangan perdengaran. Penumpukan serumen
terutama bermakna populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengar
Usaha membersihkan kanalis auditorius dengan bata korek api, jepit
rambut, atau alat lain bisa berbahay karena trauma terhadap kulit dapat
mengakibatkan infek atau kerusakan gendang telinga.
Penatalaksanaan.
Serumen dapat diambil denga irigasi, pengisapan, atau instrumentasi.
Kecuali bila riwayat perforasi membrana timpani atau terdapat inflamasi
telinga luar (otitis eksterna), irigasi lembut kan prosedur yang dapat
diterima untuk mengambil serumen.
Teknik ini efektif bila serumen tidak terlalu melekat dalam kanalis
auditorius eksteni Pengambilan serumen yang berhasil dengan irigasi ha
bisa dicapai bila aliran air dapat mencapai bela serumen yang menyumbat
agar dapat mendorongnya lateral dan ke luar dari kanalis. Meskipun
irrigator pic air biasanya aman, namun instrumen ini berhubungan den
perforasi membrana timpani dan bahkan cedera otologik yang lebih
serius. Maka harus digunakan tekanan serdah mungkin yang digunakan untuk
mencegah trail mekanik.
Bila sebelumnya sudah terdapat perforasi membran timpani di belakang
impaksi serumen, air dapat mema ruang telinga tengah. Masuknya air
dingin ke da telinga tengah dapat mengakibatkan vertigo akut dengan cara
menginduksi arus konveksi termal dalam kanalis semi sirkularis.
Memasukkan air ke dalam rongga teli tengah dapat juga meningkatkan
risiko infeksi. Irigasi kanalis juga terbukti mengakibatkan otitis
eksterna: na (osteomielitis tulang temporal) pada manula pende diabetes.
Bila harus melakukan irigasi aural pada penderita diabetes, harus
digunakan larutan steril. Bila irigasi ti berhasil sempurna atau bila
impaksi serumen tidak purna, maka dapat dilakukan pengangkatan secara
mekanis, dengan pandangan langsung pada pasien yang koope-ratif oleh
tenaga profesional yang terlatih.
Serumen juga dapat dilunakkan dengan meneteskan beberapa tetes gliserin
hangat, minyak mineral, atau hidrogen peroksida perbandingan setengah
selama 30 menit sebelum pengangkatan. Bahan seruminolitik, seper-ti
peroksida dalam gliseril (Debrox) atau Cerumenex juga tersedia; namun,
senyawa ini dapat menyebabkan reaksi alergi dalam bentuk dermatitis.
Pemakaian larutan ini dua sampai tiga kali sehari selama beberapa hari
biasanya sudah mencukupi untuk memudahkan pengangkatan im-paksi. Bila
impaksi serumen tak dapat dilepaskan dengan cara ini, dapat diangkat
oleh petugas perawatan kesehatan dengan instrumen khusus seperti kuret
serumen dan pengisap aural yang menggunakan mikroskop binokuler untuk pembesaran.Benda Asing
Otitis Eksterna
Infeksi, utamanya bakteri atau jamur, merupakan masalah yang paling
sering pada telinga. Kebanyakan penyebab otitis eksterna (infeksi
telinga luar) termasuk air dalam kanalis auditorius eksternus (telinga
perenang), trauma kulit kanalis memungkinkan masuknya organisme ke
jaringan, dan kondisi sistemik seperti defisiensi vitamin dan kelainan
endokrin. Kanalis telinga normal steril pada beberapa orang; sedang
lainnya mengandung Staphylo-coccus albus dan/atau organisme lain seperti
difteroid. Patogen otitis eksterna yang paling sering adalah
Staphy-lococcus aureus dan spesies Pseudomonas. Jamur yang paling sering
dapat terisolasi dari telinga normal maupun yang terinfeksi adalah
Aspergillus. Otitis eksterna sering disebabkan oleh dermatosis seperti
psoriasis, ekzema, atau dermatitis sebore. Bahkan reaksi alergi terhadap
semprot rambut, cat rambut, dan losion pengeriting rambut permanen
dapat mengakibatkan dermatitis, yang akan hilang bila bahan penyebabnya
dihilangkan.
Manifestasi Klinis.
Pasien biasanya datang dengan nyeri, cairan dari kanalis auditorius
eksternus, nyeri tekan aural (biasanya tak terdapat pada infeksi telinga
tengah), dan kadang demam, selulitis, dan limfadenopati. Keluhan lain
dapat meliputi pruritus dan kehilangan pendengaran atau perasaan penuh.
Pada pemeriksaan otoskopis kanalis telinga nampak eritema dan edema.
Cairan berwarna taming atau hijau dan berbau busuk. Pada infeksi jamur
bahkan dapat terlihat spora hitam seperti rambut.
Penatalaksanaan. Prinsip terapi ditujukan untuk menghilangkan
ketldaknyamanan, mengurangi pembeng-kakan kanalis telinga, dan
mengeradikasi infeksi. Tak jarang pasien mendapat resep analgetik selama
48 sampai 92 jam pertama. Bila jaringan di kanalis eksternus meng-alami
edema, perlu dipasang sumbu untuk menjaga ka¬nalis tetap terbuka
sehingga cairan obat (mis. larutan Burow, sediaan antibiotika telinga)
dapat dimasukkan). Obat tersebut dapat diberikan dengan penetes dengan
suhu ruangan. Obat yang dipakai biasanya kombinasi antibiotika dan
kortikosteroid untuk melemaskan jaringan yang terinflamasi. Jika
terdapat selulitis atau demam, maka perlu diberikan antibiotika
sistemik. Bahan anti-jamur dapat diberikan bila perlu.
Pasien diingatkan untuk tidak membersihkan sendiri kanalis auditorius
eksternus menggunakan lidi kapas. Pasien juga dilarang untuk berenang
atau memasukkan air ke dalam telinga ketika mencuci rambut atau mandi.
Wool kambing atau kapas dapat diolesi jel yang tak larut air (seperti
vaselin) dan diletakkan di telinga untuk mencegah kontaminasi air.
Pasien dapat mencegah infeksi dengan menggunakan preparat antiseptik
telinga sehabis